WELCOME

Selamat datang diblog kami:
http://www.pondok-pesantren-alkautsar.blogspot.com

Semoga blog ini dapat bermanfaat bagi anda yang mengunjunginya,dan bagi anda yang ingin berdonasi,semoga amalan anda diterima sebagai amalan jariyah untuk tabungan diakherat nanti.

Jumat, 30 April 2010

SEJARAH SINGKAT PONDOK PESANTREN AL-KAUTSAR CIREBON

































PONDOK pesantren Al-Kautsar juga dikenal Pondok LDII Cirebon, terletak di jalan Perjuangan No. 1 A belakang Kampus Perhotelan UNTAG Cirebon Provinsi Jawa Barat. Pondok Al-Kautsar memiliki sejarah sebagaimana dengan pondok-pondok pada umumnya di Indonesia. Pondok pesantren ini didirikan oleh beberapa tokoh LDII: KH. A. Mulyatno (almarhum), Ir. KH. Nasija Warnadi, MM, Dr. H. Soebarno Kartawinata, H. Sunaryo, SH. MM, H. Imam Mawardi, Drs. H. Mansyur Pribadi, M.Ag.

Pada saat itu masih berbentuk sebuah galeri masjid, yaitu masjid Luhur Al-Kautsar yang masih sangat sederhana berukuran 11x10 m persegi. Peletakkan batu pertamanya oleh H. Abung Kusman selaku Walikota Cirebon saat itu. Dengan semangat dan kegigihan para pendirinya, akhirnya berhasil mengembangkan sebuah masjid, menjadi Pondok Pesantren yang megah.

Berdirinya Pondok Pesantren yang megah itu, berawal dari gagasan dan obsesi segenap tokoh pendirinya, akan mencetak calon-calon pemimpin umat yang faham agama (tafaqqahu fiddin). Kesadaran akan signifikasinya kaderisasi yang dicitakannya itu, tentu membutuhkan wadah pembinaan secara khusus. Maka pada tahun 1992 berdirilah sebuah Pondok, yang diberi nama “PONDOK PESANTREN AL-KAUTSAR”.

Pondok pesantren Al-Kautsar sebagai wadah untuk melaksanakan ritual ajaran islam secara kaffah dalam dimensi yang menyeluruh, agama, ekonomi, budaya dan sosial kemasyarakatan, sebagaimana fungsi masjid di zaman Rasul Allah yang suci.

Secara formal, Pondok Al-Kautsar tidak dapat dipisahkan dengan organisasi LDII. Antara Pondok Al-Kautsar dan organisasi LDII memiliki ikatan emosional yang sangat erat. Pondok Al-Kautsar berada di bawah organisasi LDII. Artinya, organisasi LDII mewadahi kepentingan-kepentingan Pondok Al-Kautsar dalam berhubungan dengan lembaga-lembaga lain baik pemerintah maupun non-pemerintah. Dimensi-dimensi kegiatan dakwah dari organisasi LDII terutama yang menyangkut pendidikan para mubaligh dipersiapkan oleh Pondok Al-Kautsar. Jadi ada semacam hubungan timbal balik antara keduanya.

Struktur srganisasi dan kepengurusan
Pucuk dari struktur organisasi Pondok Pesantren Al-Kautsar adalah Dewan Penasehat yang beranggotakan dua orang. Dewan Penasehat mempunyai tugas memberikan arah kebijakan dan pengembangan Pondok Pesantren masa depan. Di samping memiliki fungsi konsultatif, Dewan Penasehat juga memiliki fungsi kontrol dan evaluasi terhadap kinerja Pimpinan Pondok.

Dewan Penasehat, memiliki kewenangan yang sangat besar dalam menentukan arah perkembangan dan kemajuan Pondok, masa kini dan masa depan.
Di bawah Dewan Penasehat, terdapat Pimpinan Pondok yang merupakan badan eksekutif tertinggi yang bertugas menjabarkan dan mengimplementasikan arah kebijakan pengembangan pondok, yang telah digariskan oleh Dewan Penasehat. Pimpinan Pondok bertanggung jawab atas pengelolaan seluruh aktivitas pondok sehari-hari. Berkembang dan mundurnya pondok ditentukan oleh kinerja Pimpinan Pondok yang dibantu oleh Wakil Pimpinan Pondok dan stafnya. Pada saat ini Pimpinan Pondok dijabat oleh Drs. H. Mansyur Pribadi. M.Ag dan Wakil Pimpinan Pondok oleh ……………………..
Dalam pengelolaan kegiatan sehari-hari Pimpinan Pondok dibantu oleh: Sekretaris dan Bendahara. Sekretaris bertanggungjawab kepada Pimpinan Pondok dalam pelaksanaan tugasnya di bidang administrasi umum pondok. Dalam mengemban tugas, sekretaris dibantu oleh seorang Wakil Sekretaris. Bendahara bertugas mengelola keuangan pondok dan mempertangung jawabkannya kepada Pimpinan Pondok. Dalam pelaksanaan tugasnya, Bendahara dibantu oleh Wakil Bendahara.


Seksi-seksi
Seksi Pendidikan membawahi: Seksi pendidikan siswa yang bertugas mengkoordinasikan pelaksanaan proses pembelajaran Pondok secara umum. Seksi Pendidikan generasi penerus menjalankan fungsi membina para santri dan remaja lingkungan pondok, dengan harapan agar mereka dapat menjadi mubaligh/muballighat. Seksi Pendidikan keluarga bertugas menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pengajian dan kegiatan keagamaan lainnya, sasaran utamanya anggota keluarga yang berada di lingkungan Pondok.

Selain itu, terdapat sembilan Seksi di luar pendidikan yaitu : Seksi pembangunan, seksi keamanan, seksi hubungan masyarakat, seksi konsumsi, seksi parkir kendaraan, seksi kebersihan, seksi olah raga, seksi kesehatan, dan seksi pembantu umum.

Di dalam struktur bidang pendidikan terdapat dewan guru, merupakan kumpulan dari para pengajar atau ustadz yang mengajar berbagai ilmu agama di pondok. Pondok pesantren Al-Kautsar memiliki ….. orang guru: Terdiri dari …. guru pria dan ….. orang guru wanita. Anggota Dewan Guru ini sebagian besar menetap di dalam lingkungan pondok, sedangkan sisanya tinggal di luar pondok. Semua guru adalah para alumnus terbaik dari Pondok pesantren Burengan Kediri Jawa Timur.

Pembinaan para santri sebagai calon mubaligh di Pondok Al-Kautsar, sebelumnya terlebih mengikuti seleksi dan setelah dinyatakan “LULUS”. Selanjutnya mereka dikirim ke Pondok Burengan Kediri untuk mengikuti seleksi akhir sebagai persyaratan mendapatkan sertifikasi Muballigh. Para santri yang telah memiliki sertifikasi Meballigh, lalu ditugaskan ke berbagai daerah di seluruh nusantara ini sebagai pembela (mujahid) agama Allah dan pembaharu (mujaddid), yang motivasinya hanya mengharapkan ridloh Allah dan bahkan bagi mereka yang mampu berbahasa Inggris ditugaskan ke luar negeri, seperti ke Amerika, Jepang, Australia, Malaysia, Singapur, dan Suriname.

Santri
Santri Pondok Al-Kautsar terdiri dari: 1) Santri yang secara khusus mondok untuk memperdalam al-qur’an dan al-hadits, 2) Santri plus pelajar dan/ atau sebagai mahasiswa: Pada pagi harinya mereka sekolah dan/ atau kuliah dan pada sore harinya mereka belajar di Pondok untuk memperdalam agama, 3) Santri kalon yang waktu belajarnya pada malam hari “seminggu tiga kali”. Mereka adalah kelompok remaja dan kelompok umum yang sudah “berkeluarga”, dan Taman Pendidikan Al-qur’an (TPA) setingkat Sekolah Dasar (SD) dengan jumlah siswa sebanyak ….. orang.

Sistem Pendidikan
Visi dan misi yang ingin dicapai Pondok Al-Kautsar adalah terlaksananya ‘Tri Sukses Generasi Muda LDII’: Sukses dalam bidang akhlakul, alim, dan mandiri. Dalam bidang akhlak, pondok ini berusaha untuk mencetak insan-insan yang berakhlak al-karimah, dan mempunyai budi pekerti luhur. Para alumni diharapkan menjadi insan yang memiliki jati diri, berwatak budi luhur, mampu bergaul dengan masyarakat, menghargai orang tua, dan mentaati segala peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam bidang alim, Pondok Al-Kautsar berusaha untuk mencetak insan-insan yang berilmu, mempunyai bekal ilmu agama Islam serta mampu mengamalkan, baik secara pribadi maupun sebagai warga masyarakat. Sedangkan bidang kemandirian, Pondok Al-Kautsar secara bertahap mencetak insan yang mandiri.

Sistem pengajaran di Pondok tidak didasarkan atas penjejangan, sebagaimana sekolah formal. Misalnya dalam hal penerimaan santri tidak ada batasan waktu. Setiap saat dapat menerima santri baru. Maka, dalam menjalani test kelulusan, baik kelulusan masing-masing tingkat maupun kelulusan akhir seluruh rangkaian materi ajar, setiap saat dapat dilakukan oleh guru Pondok menurut kesiapan santri yang bersangkutan.

Kegiatan Santri
Para santri bangun atau dibangunkan pada waktu pukul 02.00 dini hari untuk melakukan sholat malam (sholat tahajud, sholat hajat, shalat tasbih, dan ibadah sunat lainnya), dzikir, dan doa sepertiga malam yang terakhir, diyakini merupakan waktu yang mustajab untuk memanjatkan do’a kepada Allah.

Sebelum mereka berdo’a terlebih dahulu melakukan apel dan/ atau berbaris guna mengetahui santri yang absen bangun malam. Seusai shalat subuh, para santri secara berkelompok mengikuti pengajian bacaan al-qur’an, dan setiap kelompok dipimpin oleh seorang guru. Kegiatan ini berlangsung hingga pukul 06.00 pagi. Setelah itu para santri istirahat, diantara mereka ada yang mandi, mencuci pakaian dan aktivitas lainnya.

Pada puku 07.00 s.d 07.30 mereka makan pagi. Pukul 08.00 s.d 11.30 mereka mulai belajar. Pukul 11.30 s.d 14.00 mereka istirahat. Pukul 14.00 s.d 15.00 mereka kembali belajar. Pukul pukul 15.00 mereka shalat ashar dan beristirahat. Pukul 18.15 s.d 19.30 shalat magrib dan mengikuti ceramah. Pukul 19.30 s.d 20.00 shalat isya’. Pukul 20.00 s.d 22.00 mereka kembali mengikuti pelajaran. Pukul 22.00 s.d 02.00 dini hari mereka istirahat/tidur. Pada pukul 02.00 s.d menjelang subuh para santri bangun malam untuk shalat tahajjud dan berdo’a.

Rekruitmen Santri
Rekruitmen dan penerimaan santri di Pondok Al-Kautsar Cirebon dilakukan dengan dua cara. Pertama, sistem ‘kiriman’. Sistem ini Pimpinan Anak Cabang (PAC) yang dikoordinasikan oleh Pimpinan Cabang (PC) melalui DPD LDII mengirimkan 3 (tiga) orang pemuda-pemudi yang memiliki akhlak yang baik dan kemampuan baca tulis al-qur’an.

Masa belajar mereka rata-rata 2 tahun, setelah lulus mereka diharuskan mengikuti ‘tugasan’ atau ditugaskan ke daerah-daerah yang membutuhkan. Masa tugasan: Dalam Jawa 1 tahun, dan luar Jawa 1,5 tahun. Biaya yang digunakan selama pendidikan santri “kiriman”, diambilkan dari sedekah para donator yang sifatnya tidak mengikat.

Setelah menyelesaikan masa tugasnya sebagai ‘mubaligh tugasan’, ada yang ditugaskan kembali ke daerah lain, dan sebagian ada yang kembali ke daerah asalnya untuk tetap mengabdi sebagai muballigh.dan profesi lainnya. Yang kedua, rekruitmen secara sukarela: Warga jamaah yang ingin memdalam agama, mereka datang ke Pondok dan menjadi santri. Khususnya mereka yang berasal dari keluarga ulama atau dari keluarga yang menginginkan anaknya menjadi ulama.

Para santri berasal dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan juga dari luar negeri. Hal ini, karena warga LDII sudah tersebar di seluruh nusantara, dan bahkan kini banyak yang di luar negeri seperti Malaysia, Singapuira, Brunei, Suriname, Eropa dan sebagainya.

Metode Pembelajaran
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses pemindahan ilmu dari seorang guru kepada murid, metode pembelajaran yang digunakan baik dalam pondok pesantren maupun pengajian di masjid-masjid yang diikuti oleh jamaah, adalah metode yang digunakan oleh Nabi dan para sahabat.
Nabi Muhammad SAW dan para sahabat, dalam proses pemindahan ilmu dilakukan melalui metode membaca, menulis, dan mendengar yang dalam ilmu komunikasi disebut sebagai verbal communication. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW: “Kalian mendengar (ilmu dariku), kemudian kalian didengar oleh murid kalian, dan murid kalian didengar oleh muridnya’ (Hadits Riwayat Abu Dawud). Jadi metode transfer ilmu dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), mencakup dua aspek. Yaitu komunikasi lisan (oral communication) dan komunikasi tulisan (written communication).
Metode ini, guru yang membaca al-kitab, makna berikut keterangan, dan sejarah turunnya ayat-ayat al-qur’an. Bahan ajar yang disampaikan oleh para mubaligh berasal dari gurunya dan seterusnya sambung-menyambung hingga sampai kepada para sahabat dan Nabi.

Model pembelajaran seperti ini, guru dan murid memiliki hubungan bagaikan mata rantai yang sambung bersambung. Metode ini mampu menjaga ke-orsinilitas keilmuwan dan menjauhkan pikiran-pikiran ke arah reintepretasi terhadap hukum-hukum Islam yang dengannya dapat menimbulkan kesalahan penafsiran.

Dalam proses KBM, juga dapat dilakukan dengan cara munawalah: Murid yang sudah dianggap cakap, ia membacakan kitab dan menjelaskan makna dan keterangan di hadapan gurunya. Lalu gurunya aktif mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari muridnya. Guru bertindak sebagai korektor, membenarkan dan/ atau menyalahkan penjelasan dari muridnya.